Category

Puisi

Puisi Kontemporer “Anyaman Mimpi Di Punggung Siang” Oleh Relung Tintaku

Ada daun-daun yang bercerita, disulam sunyi menjadi kata, tak terucap, hanya terasa, hangatnya menembus batas antara nyata dan maya. Wajah yang samar namun akrab, bicara dengan tenang, tanpa jeda, seolah tahu tiap rahasia, yang bahkan kau sembunyikan dari dunia. Mimpi itu bukan sekadar ilusi, tapi pesan dari hati yang berani, mengajarkanmu, walau perlahan, bahwa memahami tak butuh keberanian instan. Biarlah…

Puisi Filosofis “Tentang Waktu” | Oleh Alkana Alvno

Ini bukan lagi soal usia, tetapi soal waktu. Waktu yang akan terus berjalan, waktu yang tidak ada batasan. Semua sudah ditentukan: kapan kematian, kapan kelahiran. Cepat atau lambat, keduanya sama. Tidak semua mengerti tentang waktu. Ada yang mengisi kekosongan, ada yang membuang waktu. Tidak semua bisa menghargai waktu. Oleh: Alkana Alvno Analisis Puisi Filosofis “Tentang Waktu” oleh Alkana Alvno “Tentang…

Puisi Modern Kontemporer “Isak” | Oleh Raroha

Di sudut waktu yang terasa beku, ada jiwa yang terus berjuang meski gerimis tak henti-hentinya mengguyur hatinya. Seolah dunia menjadi saksi bisu, ia bergulat dengan elegi yang enggan pergi. Gerimis membasahi kota matiDi sudut hati Sang Bidadari.Begitu banyak elegi menghampirinya,Ia pun tak tahu cara mengakhirinya. Sudah hampir tak ada asa,Namun, ia terus saja bertahan,Meski tanpa adanya kepastian.Ia hanya ingin keadilan…

Puisi Liris “Ruang Yang Tak Kembali” | Oleh Alkana Alvno

Ada masa ketika cinta terasa abadi, terpatri dalam setiap detak waktu. Aku terjatuh, bukan sekali, tapi berkali-kali, pada bayang yang selalu menghiasi pikiranku. Hari-hari berlalu dengan harapan yang diam-diam kugantungkan, berharap cinta ini tak hanya milikku, tapi juga miliknya. Namun, cinta kadang bukan tentang kebersamaan, melainkan tentang bagaimana kita berdiri sendiri di tengah bayangan yang memudar. Kepadamu dulu aku jatuh…

Puisi Liris Kotemporer “Kamu, Peulanggahan, dan Warna Rindu” | Oleh Gvrrad

Di setiap perjalanan, ada sudut-sudut sunyi yang menyimpan cerita. Peulanggahan, tempat yang tak hanya menjadi persinggahan kaki, tetapi juga hati. Di sanalah aku kembali menyusuri jejak rasa yang pernah tertinggal. Aku menjenguk kabar peulanggahanDi tepi jalan yang sering ku singgahi.Perlahan, mulai kembali singgah warna matamu. Masih terdengar jelas tawa lembutmu,Dari sisa genangan canda yang pernah kita buat.Berbekal rasi bintang yang…

Puisi Liris “Jogja” | Oleh Alkana Alvno

Kala senja menyapa Mataram, Mentari semakin redup perlahan. Di antara temaram dan kesenyapan, Kutulis rindu dalam lembaran. Tanah sang Sultan,Yang ditempati orang-orang istimewa,Jogja memiliki jalinan erat pada adat istiadat. Keraton milik sang Raja,Putri Agung, parasnya yang menawan,Khas dengan ciri dalam tubuhnya,Tak semua bisa jadi ia. Jogja, aku titip ia sang angin,Yang tak memiliki keinginan.Bila nanti ia datang, sambutlah dengan rindu,Seraya…

Puisi Liris “Lukisan Kata” | Oleh llapsptadwi

Di antara deru waktu yang tak pernah berhenti, aku menemukan diriku terjebak dalam labirin kata-kata, di mana setiap bait adalah cermin yang memantulkan jiwa yang berjuang. Baca juga:– Puisi Liris “Monolog Luka” – Puisi Liris “Simfoni Pagi” Dalam keheningan malam, aku melukis atma dengan tinta harapan dan kesedihan, merangkai kisah yang tak lekang oleh waktu. Aku melukis atma dengan kata,Mencengkram kembali…

Puisi Liris “Monolog Luka” | Oleh Imjunee

Di tengah hening malam yang penuh kerinduan, aku terjebak dalam bayang-bayang cinta yang tak kunjung padam. Setiap detik berlalu, hatiku bergetar oleh kenangan yang terukir dalam jiwa, mengingatkan akan keindahan dan kepedihan yang menyertainya. Pada akhir tahun paling memabukkan,terbuai pada dekap hangat, namun siamuyang pada nyatanya hanyalah bual dalam perandaian.Terlanjur kuselami hingga dasar, sayang,tak sanggup tergapai rela akan keabadian. Dan…

Puisi Liris “Simfoni Pagi” | Oleh ddandrn

Pagi selalu membawa harmoni yang berbeda, seperti orkestra semesta yang berbisik lembut. Dalam setiap embun, angin, dan cahaya, ada cerita yang menyentuh jiwa tanpa perlu tergesa. Fajar membentangkan selimut jingga,mengusap malam yang lelah berbisik.Langit berubah menjadi kanvas cahaya,tempat mentari menorehkan harap yang klasik. Embun menetes dari daun-daun kecil,seperti mutiara yang jatuh tanpa suara.Hening menyelimuti pagi yang hadir,mengajar kita makna damai…

Puisi Reflektif “Tentangmu Tak Lagi Masanya” | Oleh Res

Ada kalanya kita dihadapkan pada percakapan yang tak lagi membutuhkan jawaban, hanya keheningan yang menyelimuti. Dalam perjalanan hidup, tak semua yang kita perjuangkan akan bertahan. Namun, bukankah setiap langkah yang kita ambil, meski penuh luka, adalah pelajaran untuk lebih bijaksana? Dengan hati yang perlahan belajar berdamai, aku menyusuri jejak-jejak yang perlahan memudar. Dalam duduk sebuah perkaraTanpa bungkuk kita berbicaraSudah kulakukan…