|
src: wallpaperflare.com |
Saat kata-kata menjadi jembatan yang bisa kulewati, kutitipkan rindu ini dalam goresan pena di atas kertas yang dahulu kosong, kini penuh jejak harap. Dalam setiap bait yang kutulis, tersimpan cerita tentang waktu yang tak pernah berbelas kasih dan jarak yang membentang seperti garis tak berujung.
Penantian ini abadi, namun terasa dekat di setiap malam yang sepi. Layaknya impian yang perlahan ingin diwujudkan, aku berdoa agar kamu juga menulis kisah yang sama—agar rindu kita bisa menyatu, meski hanya lewat kata-kata yang melayang bersama angin malam. Rasakan tiap bait ini; bayangkan setiap helaian rindu yang kuberikan untukmu. Semoga di sana, kamu bisa mendengarnya.
Aku, dengan tinta yang tertuang dari pena
Menorehkan aksara di atas kertas yang dulu putih bersih
Tentang dirimu, waktu, dan penantian
Ya, penantian …
Menanti saat jarak kita tak lagi terbentang
Saat waktu kita akhirnya seirama
Dan malamku pun menjadi malammu
Hingga kita benar-benar menyatu dalam hangatnya kisah
Namun, kini hanya ini yang mampu kulakukan
Merangkai bait demi bait tentang rasa ini
Lalu mengirimnya ke langit malam
Tanpa lelah, hingga Tuhan bersedia mendengar
Aku berharap, kamu juga melakukannya
Agar tak jenuh menunggu hari yang dijanjikan
Kita bisa saling berkirim pesan
Lewat hembusan angin yang datang dan pergi, menyapa kita bergantian
Aku berharap…
Penantian ini segera menemukan akhir
Hingga kita menjadi satu
Oleh : Tinta Renjana 27
Kini, hanya ada satu harap yang tersisa di antara bait-bait ini: semoga Tuhan berkenan mengabulkan doa-doa yang tiada pernah kita putuskan. Semoga kata-kata ini cukup kuat untuk mendekatkan kita, hingga tiada lagi yang mampu memisahkan. Aku berharap…
Penantian ini segera mencapai ujungnya, agar kita tak lagi menjadi cerita yang terselip di antara jarak, tetapi nyata dalam hangatnya kisah yang kita dambakan. Simpanlah rasa ini di setiap hembusan napasmu. Biarkan tiap kata ini mengingatkanmu bahwa aku di sini, menanti hari kita yang dijanjikan tiba.
No Comments